Media Indonesia, 11 Juni 2007Dulu, masyarakat tidak melirik kotoran ternak karena menjijikkan dan sumber penyakit. Namun, ditangan Suhut Simamora.
Bukan itu saja, berkat ketekunan dan kerja keras para peneliti dari Fakultas Peternakan Studi Teknologi Hasil Ternak (THT) Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, biogas dari kotoran ternak tersebut pun memiliki nilai ekonomis tinggi.
“Biogas hasil olahan kotoran ternak dapat mengkonversi pemakaian bahan baker minyak (BBM), seperti minyak tanah. Biogas tersebut menghasilkan gas dengan nilai kalor yang ditentukan konsentrasi gas metan (CH4) dan karbon dioksida (CO2),��? kata Suhut kepada Media Indonesia di Bogor beberapa waktu lalu.
Biogas bisa menghasilkan banyak manfaat bagi masyarakat di pelosok. Terutama di lokasi yang belum terjangkau jaringan listrik permanent, seperti milik PT PLN.
Gas bio yang dihasilkan dari kotoran ternak tersebut, lanjut Suhut dapat digunakan sebagai bahan bakar generator pembangkit listrik. Selain itu, biogas bisa dimanfaatkan untuk keperluan memasak di dapur. Bahkan dengan sedikit modifikasi pada bagian spuyer di kompor gas, nyala api yang dihasilkan biogas mampu menyaingi kualitas elpiji (LPG)
“Gas bio juga relative lebih aman karena tidak mudah meledak jika dibandingkan dengan gas yang diperoleh dari alam. Gas yang dihasilkan dari kotoran ternak pun tidak menyengat,��? tambah Suhut.
Lebih lanjut, Suhut memaparkan teknologi pengolah kotoran ternak menjadi biogas hanya menggunakan peralatan sederhana. Kotoran ternak yang bercampur sisa pakan organ dikumpulkan dari kandang ke bak penampungan lalu diencerkan dengan perbandungan 1 kantong 2 air. Seluruh bahan baku biogas itu kemudian dialirkan ke sebuah alat yang dinamakan biodigester. Di dalam alat tersebut, semua material kotoran difermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba methanogenik.
Material organic akan berhidrolisa, sehingga menghasilkan gas CH4. Gas itulah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi alternative. “Fase pertumbuhan sebagai sumber energi alternative. “Fase pertumbuhan adan aktivitas mikroorganisme anaerob berkisar 14 hari hingga maksimum 40 hari, ungkap Suhut Simamora.
Kapasitas pembangkitan 1 KWh listrik dihasilkan dari 1 meter kubik gas CH4. Berdasarkan perhitungan 1,5 meter kubik gas yang dihasilkan dari kotoran tiga hingga empat ekor sapi dapat mencukupi kebutuhan energi harian untuk satu rumah tangga,��?
Selain bermanfaat sebagai energi alternative, Lumpur sisa pengolahan dari biodigester tersebut ternyata kaya akan nutrisi NPK (nitrogen, fosfor, dan kalium), sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organic, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman. Tentunya setelah diperkaya terlebih dahulu dengan sejumlah materi, seperti tepung tulang, tepung darah, dan tepung cangkang telur. “Pupuk hasil olahan biogas merupakan pupuk organic, sehingga sangat cocok untuk pertanian organic. Jika diekspor, akan memberi nilai ekonomis sangat besar,��? ppar Suhut.
Pada 2006, hasil penelitian yang digarap sejak 1997 itu telah menyebar ke 11 wilayah antara lain Tengerang, Legok, Serpong, Kab Bogor, Cijeruk, Kab Rejang Lebong, dan Muko-Muko. Teknologi murah ini juga sudah terdistribusi hingga ke Kabupaten Pasir dan Kota Samarinda. * Oki Baren/S-4
Artikel Diatas Diambil dari :
http://www.pln-jabar.co.id/berita_media_det.php?id=2030