Senin, 16 Februari 2009

Berbagai Macam Pelatihan oleh Beliau di Tingkat Daerah dan Nasional


turun kelapangan ke para peternak merupakan misi beliau untuk membuat peternak kreatif potensi-potensi daerah apa yang bisa dikembangkan.










Rabu, 09 Juli 2008

Intalasi Reaktor Biogas berbahan Fiberglass


Instalasi Reaktor Biogas terbuat dari fiberglass
(knok down)

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambaran Proses Umum Instalasi Reaktor Biogas
oleh : Ir. Suhut Simamora MS.


Gambar 1 : Kandang Sapi .

Gambar 2 : Kotoran Sapi Segar.


Gambar 3 : Bak Pemasukan Kotoran Sapi dari Kandang

sebelum masuk sumur pencerna.




Gambar 4 : Bak Penampungan keluaran dari sumur pencerna kotoran sapi.


Gambar 5 : Pipa Intalasi GasBio yang disalurkan kerumah.



Gambar 6 : Hasil GasBio biru tidak berbau.


Gambar 7 : Kompor Gas menggunakan Kompor "Rinnai" yang banyak dipasaran.

Senin, 07 Juli 2008

Pembangkit Listrik dari Kotoran Ternak (2007)

Media Indonesia, 11 Juni 2007

Dulu, masyarakat tidak melirik kotoran ternak karena menjijikkan dan sumber penyakit. Namun, ditangan Suhut Simamora.
Bukan itu saja, berkat ketekunan dan kerja keras para peneliti dari Fakultas Peternakan Studi Teknologi Hasil Ternak (THT) Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, biogas dari kotoran ternak tersebut pun memiliki nilai ekonomis tinggi.
“Biogas hasil olahan kotoran ternak dapat mengkonversi pemakaian bahan baker minyak (BBM), seperti minyak tanah. Biogas tersebut menghasilkan gas dengan nilai kalor yang ditentukan konsentrasi gas metan (CH4) dan karbon dioksida (CO2),��? kata Suhut kepada Media Indonesia di Bogor beberapa waktu lalu.
Biogas bisa menghasilkan banyak manfaat bagi masyarakat di pelosok. Terutama di lokasi yang belum terjangkau jaringan listrik permanent, seperti milik PT PLN.
Gas bio yang dihasilkan dari kotoran ternak tersebut, lanjut Suhut dapat digunakan sebagai bahan bakar generator pembangkit listrik. Selain itu, biogas bisa dimanfaatkan untuk keperluan memasak di dapur. Bahkan dengan sedikit modifikasi pada bagian spuyer di kompor gas, nyala api yang dihasilkan biogas mampu menyaingi kualitas elpiji (LPG)
“Gas bio juga relative lebih aman karena tidak mudah meledak jika dibandingkan dengan gas yang diperoleh dari alam. Gas yang dihasilkan dari kotoran ternak pun tidak menyengat,��? tambah Suhut.
Lebih lanjut, Suhut memaparkan teknologi pengolah kotoran ternak menjadi biogas hanya menggunakan peralatan sederhana. Kotoran ternak yang bercampur sisa pakan organ dikumpulkan dari kandang ke bak penampungan lalu diencerkan dengan perbandungan 1 kantong 2 air. Seluruh bahan baku biogas itu kemudian dialirkan ke sebuah alat yang dinamakan biodigester. Di dalam alat tersebut, semua material kotoran difermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba methanogenik.
Material organic akan berhidrolisa, sehingga menghasilkan gas CH4. Gas itulah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi alternative. “Fase pertumbuhan sebagai sumber energi alternative. “Fase pertumbuhan adan aktivitas mikroorganisme anaerob berkisar 14 hari hingga maksimum 40 hari, ungkap Suhut Simamora.
Kapasitas pembangkitan 1 KWh listrik dihasilkan dari 1 meter kubik gas CH4. Berdasarkan perhitungan 1,5 meter kubik gas yang dihasilkan dari kotoran tiga hingga empat ekor sapi dapat mencukupi kebutuhan energi harian untuk satu rumah tangga,��?
Selain bermanfaat sebagai energi alternative, Lumpur sisa pengolahan dari biodigester tersebut ternyata kaya akan nutrisi NPK (nitrogen, fosfor, dan kalium), sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organic, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman. Tentunya setelah diperkaya terlebih dahulu dengan sejumlah materi, seperti tepung tulang, tepung darah, dan tepung cangkang telur. “Pupuk hasil olahan biogas merupakan pupuk organic, sehingga sangat cocok untuk pertanian organic. Jika diekspor, akan memberi nilai ekonomis sangat besar,��? ppar Suhut.
Pada 2006, hasil penelitian yang digarap sejak 1997 itu telah menyebar ke 11 wilayah antara lain Tengerang, Legok, Serpong, Kab Bogor, Cijeruk, Kab Rejang Lebong, dan Muko-Muko. Teknologi murah ini juga sudah terdistribusi hingga ke Kabupaten Pasir dan Kota Samarinda. * Oki Baren/S-4
Artikel Diatas Diambil dari : http://www.pln-jabar.co.id/berita_media_det.php?id=2030

Superorganik Biogas dari Limbah Ternak


Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.Kamis, 25 Januari 2007


BOGOR (Ant): Peneliti dari Departemen llmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), menemukan energi alternatif biogas dan pupuk superorganik dari limbah ternak. Biogas ini sebagai sumber energi untuk memasak, penerangan, pemanas, atau menggerakkan generator.

Biogas ini digunakan sebagai sumber energi untuk memasak, penerangan, pemanas, atau menggerakkan generator (listrik). Dari uji coba yang dilakukan, gas generator listrik yang dihasilkan melalui biogas dari limbah ternak itu dapat menghasilkan maximum out-put power 500 watt dan 700 watt.
Dia menjelaskan nilai kalor dari biogas ditentukan gas methan (CH4) dan karbon dioksida (C02). Bahan bakar biogas menghasilkan pembakaran sempurna, yakni ditandai nyala api biru, tidak tergolong gas toksik, tidak berbau dan tidak menimbulkan jelat (bekas hitam). Bahan utama biogas adalah campuran feses (kotoran ternak), urine, dan sisa pakan (bahan organik) dengan pengenceran air, dengan komposisi 1 kotoran berbanding dua air. Pengisian pertama harus tercipta kondisi anaerob, dengan waktu tunggu 13--20 hari dari isian pertama.
Setelah proses itu, biogas siap dipakai dengan menggunakan kompor gas, petromaks, pemanas, atau generator. Untuk produksi gas, instalasi digester (pencerna organik) gasbio kapasitas tiga meter kubik, yakni dua hingga empat ekor ternak sapi dewasa, dapat menghasilkan gasbio sebanyak 1.800 liter untuk kebutuhan memasak keluarga dengan lima anggota keluarga setiap harinya.
Khusus di laboratorium uji coba miliki Fapet IPB, instalasi digester berbahan semen, biaya instalasinya berkisar antara Rp12,5 juta hingga Rp15 juta, dengan kapasitas 5--7 meter kubik untuk mengolah kotoran sapi sebanyak 5-15 ekor sapi, lengkap dengan satu kompor gas, dengan estimasi kekuatan sekitar 30 tahun. "Jadi, biogas yang dihasilkan ini bisa dilakukan untuk skala peternakan besar dan juga masyarakat yang memiliki sedikit ternak," kata Simamora.

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dari IPB

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPTP- Fapet- IPB) telah mengembangkan teknologi pembangkit listrik tenaga biogas. Biogas adalah gas hasil fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerobic. Teknologi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai pengembangan bioenergi alternatif dari berbagai bahan organik. “Selama ini biogas dikenal hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar keperluan rumah tangga khususnya untuk memasak saja, padahal biogas bisa juga dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit generator listrik,” ungkap Peneliti Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas IPB, Suhut Simamora sambil mempraktekkan kinerja generator listrik temuan IPB, Senin (22/1) di Rumah Pemotongan Hewan Kampus IPB Darmaga. Kelebihan bahan bakar biogas untuk memasak ialah menghasilkan nyala biru dan panas yang sama dengan LPG, tidak beracun, tidak berbau, serta tidak menimbulkan jelanga.
“Biogas ini mampu mensubtitusi kebutuhan minyak tanah suatu pembangkit listrik. Setiap satu liter biogas mampu menghasilkan energi listrik setara dengan kemampuan 1.4 liter minyak tanah,” kata Simamora. Generator pembangkit listrik IPB mampu menghasilkan listrik maximum output power 500 watt dan 700 watt serta menerangi selama 4-6 jam. Hal ini disebabkan keterbatasan mesin generator listrik yang memerlukan pendinginan setelah 4-6 jam pemakaian. Untuk informasi lebih lanjut Anda bisa berkonsultasi langsung dengan
Ir. Suhut Simamora MS di nomer 081389073068 setiap hari (09.00-15.00)
Sabtu/Minggu Libur.

Harian Sore Umum Sinar Harapan (2003)

Peneliti IPB Temukan Energi Alternatif
Bogor - Para peneliti di Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan energi alternatif biogas dan pupuk "Super Organik" yang dihasilkan dari limbah ternak Penemuan itu didemonstrasikan di Kampus Darmaga oleh tiga peneliti dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB yakni Ir. Suhut Simamora, MS, Ir. Sri Wahyuni, MSi dan Ir. Salundik, MSi.Menurut Suhut Simamora, biogas adalah gas hasil fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerobik. Biogas digunakan sebagai sumber energi untuk memasak, penerangan, pemanas atau menggerakkan generator (listrik). Dari uji coba yang sudah dilakukan, gas generator listrik yang dihasilkan melalui biogas dari limbah ternak itu dapat menghasilkan "maximum out-put power" 500 watt dan 700 watt. Ia menjelaskan, nilai kalor dari biogas ditentukan oleh gas methan (CH4) dan karbon dioksida (C02). Bahan bakar biogas menghasilkan "pembakaran sempurna", yakni ditandai dengan nyala api biru, tidak tergolong gas toksik, tidak berbau dan tidak menimbulkan jelat (bekas hitam). Bahan utama biogas adalah campuran feses (kotoran ternak), urine, dan sisa pakan (bahan organik) dengan pengenceran air, dengan perbandingan 1 kotoran: 2 air. Pengisian pertama harus sudah tercipta kondisi anaerob, dengan waktu tunggu 13-20 hari dari isian pertama. Setelah proses itu, maka biogas siap dipakai dengan menggunakan kompor gas, petromaks, pemanas atau generator. Dengan instalasi digester (pencerna organik) gasbio berkapasitas 3 meter kubik dapat memproses kotoran dari 2 hingga 4 ekor ternak sapi dewasa dan menghasilkan gasbio sebanyak 1.800 liter. Gas yang dihasilkan itu sudah dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar memasak untuk lima orang dalam satu keluarga.(ant/mer)