Rabu, 09 Juli 2008

Intalasi Reaktor Biogas berbahan Fiberglass


Instalasi Reaktor Biogas terbuat dari fiberglass
(knok down)

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambaran Proses Umum Instalasi Reaktor Biogas
oleh : Ir. Suhut Simamora MS.


Gambar 1 : Kandang Sapi .

Gambar 2 : Kotoran Sapi Segar.


Gambar 3 : Bak Pemasukan Kotoran Sapi dari Kandang

sebelum masuk sumur pencerna.




Gambar 4 : Bak Penampungan keluaran dari sumur pencerna kotoran sapi.


Gambar 5 : Pipa Intalasi GasBio yang disalurkan kerumah.



Gambar 6 : Hasil GasBio biru tidak berbau.


Gambar 7 : Kompor Gas menggunakan Kompor "Rinnai" yang banyak dipasaran.

Senin, 07 Juli 2008

Pembangkit Listrik dari Kotoran Ternak (2007)

Media Indonesia, 11 Juni 2007

Dulu, masyarakat tidak melirik kotoran ternak karena menjijikkan dan sumber penyakit. Namun, ditangan Suhut Simamora.
Bukan itu saja, berkat ketekunan dan kerja keras para peneliti dari Fakultas Peternakan Studi Teknologi Hasil Ternak (THT) Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, biogas dari kotoran ternak tersebut pun memiliki nilai ekonomis tinggi.
“Biogas hasil olahan kotoran ternak dapat mengkonversi pemakaian bahan baker minyak (BBM), seperti minyak tanah. Biogas tersebut menghasilkan gas dengan nilai kalor yang ditentukan konsentrasi gas metan (CH4) dan karbon dioksida (CO2),��? kata Suhut kepada Media Indonesia di Bogor beberapa waktu lalu.
Biogas bisa menghasilkan banyak manfaat bagi masyarakat di pelosok. Terutama di lokasi yang belum terjangkau jaringan listrik permanent, seperti milik PT PLN.
Gas bio yang dihasilkan dari kotoran ternak tersebut, lanjut Suhut dapat digunakan sebagai bahan bakar generator pembangkit listrik. Selain itu, biogas bisa dimanfaatkan untuk keperluan memasak di dapur. Bahkan dengan sedikit modifikasi pada bagian spuyer di kompor gas, nyala api yang dihasilkan biogas mampu menyaingi kualitas elpiji (LPG)
“Gas bio juga relative lebih aman karena tidak mudah meledak jika dibandingkan dengan gas yang diperoleh dari alam. Gas yang dihasilkan dari kotoran ternak pun tidak menyengat,��? tambah Suhut.
Lebih lanjut, Suhut memaparkan teknologi pengolah kotoran ternak menjadi biogas hanya menggunakan peralatan sederhana. Kotoran ternak yang bercampur sisa pakan organ dikumpulkan dari kandang ke bak penampungan lalu diencerkan dengan perbandungan 1 kantong 2 air. Seluruh bahan baku biogas itu kemudian dialirkan ke sebuah alat yang dinamakan biodigester. Di dalam alat tersebut, semua material kotoran difermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba methanogenik.
Material organic akan berhidrolisa, sehingga menghasilkan gas CH4. Gas itulah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi alternative. “Fase pertumbuhan sebagai sumber energi alternative. “Fase pertumbuhan adan aktivitas mikroorganisme anaerob berkisar 14 hari hingga maksimum 40 hari, ungkap Suhut Simamora.
Kapasitas pembangkitan 1 KWh listrik dihasilkan dari 1 meter kubik gas CH4. Berdasarkan perhitungan 1,5 meter kubik gas yang dihasilkan dari kotoran tiga hingga empat ekor sapi dapat mencukupi kebutuhan energi harian untuk satu rumah tangga,��?
Selain bermanfaat sebagai energi alternative, Lumpur sisa pengolahan dari biodigester tersebut ternyata kaya akan nutrisi NPK (nitrogen, fosfor, dan kalium), sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organic, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman. Tentunya setelah diperkaya terlebih dahulu dengan sejumlah materi, seperti tepung tulang, tepung darah, dan tepung cangkang telur. “Pupuk hasil olahan biogas merupakan pupuk organic, sehingga sangat cocok untuk pertanian organic. Jika diekspor, akan memberi nilai ekonomis sangat besar,��? ppar Suhut.
Pada 2006, hasil penelitian yang digarap sejak 1997 itu telah menyebar ke 11 wilayah antara lain Tengerang, Legok, Serpong, Kab Bogor, Cijeruk, Kab Rejang Lebong, dan Muko-Muko. Teknologi murah ini juga sudah terdistribusi hingga ke Kabupaten Pasir dan Kota Samarinda. * Oki Baren/S-4
Artikel Diatas Diambil dari : http://www.pln-jabar.co.id/berita_media_det.php?id=2030

Superorganik Biogas dari Limbah Ternak


Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.Kamis, 25 Januari 2007


BOGOR (Ant): Peneliti dari Departemen llmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), menemukan energi alternatif biogas dan pupuk superorganik dari limbah ternak. Biogas ini sebagai sumber energi untuk memasak, penerangan, pemanas, atau menggerakkan generator.

Biogas ini digunakan sebagai sumber energi untuk memasak, penerangan, pemanas, atau menggerakkan generator (listrik). Dari uji coba yang dilakukan, gas generator listrik yang dihasilkan melalui biogas dari limbah ternak itu dapat menghasilkan maximum out-put power 500 watt dan 700 watt.
Dia menjelaskan nilai kalor dari biogas ditentukan gas methan (CH4) dan karbon dioksida (C02). Bahan bakar biogas menghasilkan pembakaran sempurna, yakni ditandai nyala api biru, tidak tergolong gas toksik, tidak berbau dan tidak menimbulkan jelat (bekas hitam). Bahan utama biogas adalah campuran feses (kotoran ternak), urine, dan sisa pakan (bahan organik) dengan pengenceran air, dengan komposisi 1 kotoran berbanding dua air. Pengisian pertama harus tercipta kondisi anaerob, dengan waktu tunggu 13--20 hari dari isian pertama.
Setelah proses itu, biogas siap dipakai dengan menggunakan kompor gas, petromaks, pemanas, atau generator. Untuk produksi gas, instalasi digester (pencerna organik) gasbio kapasitas tiga meter kubik, yakni dua hingga empat ekor ternak sapi dewasa, dapat menghasilkan gasbio sebanyak 1.800 liter untuk kebutuhan memasak keluarga dengan lima anggota keluarga setiap harinya.
Khusus di laboratorium uji coba miliki Fapet IPB, instalasi digester berbahan semen, biaya instalasinya berkisar antara Rp12,5 juta hingga Rp15 juta, dengan kapasitas 5--7 meter kubik untuk mengolah kotoran sapi sebanyak 5-15 ekor sapi, lengkap dengan satu kompor gas, dengan estimasi kekuatan sekitar 30 tahun. "Jadi, biogas yang dihasilkan ini bisa dilakukan untuk skala peternakan besar dan juga masyarakat yang memiliki sedikit ternak," kata Simamora.

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dari IPB

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPTP- Fapet- IPB) telah mengembangkan teknologi pembangkit listrik tenaga biogas. Biogas adalah gas hasil fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerobic. Teknologi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai pengembangan bioenergi alternatif dari berbagai bahan organik. “Selama ini biogas dikenal hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar keperluan rumah tangga khususnya untuk memasak saja, padahal biogas bisa juga dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit generator listrik,” ungkap Peneliti Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas IPB, Suhut Simamora sambil mempraktekkan kinerja generator listrik temuan IPB, Senin (22/1) di Rumah Pemotongan Hewan Kampus IPB Darmaga. Kelebihan bahan bakar biogas untuk memasak ialah menghasilkan nyala biru dan panas yang sama dengan LPG, tidak beracun, tidak berbau, serta tidak menimbulkan jelanga.
“Biogas ini mampu mensubtitusi kebutuhan minyak tanah suatu pembangkit listrik. Setiap satu liter biogas mampu menghasilkan energi listrik setara dengan kemampuan 1.4 liter minyak tanah,” kata Simamora. Generator pembangkit listrik IPB mampu menghasilkan listrik maximum output power 500 watt dan 700 watt serta menerangi selama 4-6 jam. Hal ini disebabkan keterbatasan mesin generator listrik yang memerlukan pendinginan setelah 4-6 jam pemakaian. Untuk informasi lebih lanjut Anda bisa berkonsultasi langsung dengan
Ir. Suhut Simamora MS di nomer 081389073068 setiap hari (09.00-15.00)
Sabtu/Minggu Libur.

Harian Sore Umum Sinar Harapan (2003)

Peneliti IPB Temukan Energi Alternatif
Bogor - Para peneliti di Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan energi alternatif biogas dan pupuk "Super Organik" yang dihasilkan dari limbah ternak Penemuan itu didemonstrasikan di Kampus Darmaga oleh tiga peneliti dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB yakni Ir. Suhut Simamora, MS, Ir. Sri Wahyuni, MSi dan Ir. Salundik, MSi.Menurut Suhut Simamora, biogas adalah gas hasil fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerobik. Biogas digunakan sebagai sumber energi untuk memasak, penerangan, pemanas atau menggerakkan generator (listrik). Dari uji coba yang sudah dilakukan, gas generator listrik yang dihasilkan melalui biogas dari limbah ternak itu dapat menghasilkan "maximum out-put power" 500 watt dan 700 watt. Ia menjelaskan, nilai kalor dari biogas ditentukan oleh gas methan (CH4) dan karbon dioksida (C02). Bahan bakar biogas menghasilkan "pembakaran sempurna", yakni ditandai dengan nyala api biru, tidak tergolong gas toksik, tidak berbau dan tidak menimbulkan jelat (bekas hitam). Bahan utama biogas adalah campuran feses (kotoran ternak), urine, dan sisa pakan (bahan organik) dengan pengenceran air, dengan perbandingan 1 kotoran: 2 air. Pengisian pertama harus sudah tercipta kondisi anaerob, dengan waktu tunggu 13-20 hari dari isian pertama. Setelah proses itu, maka biogas siap dipakai dengan menggunakan kompor gas, petromaks, pemanas atau generator. Dengan instalasi digester (pencerna organik) gasbio berkapasitas 3 meter kubik dapat memproses kotoran dari 2 hingga 4 ekor ternak sapi dewasa dan menghasilkan gasbio sebanyak 1.800 liter. Gas yang dihasilkan itu sudah dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar memasak untuk lima orang dalam satu keluarga.(ant/mer)

Makroman Percontohan Energi Alternatif (Samarinda)


Mungkin belum banyak orang mengetahui bahwa hewan Sapi sebagai salah satu produk peternakan, ternyata dapat pula memberi manfaat lain selain daging dan kulitnya yang banyak dikonsumsi masyarakat, yaitu limbah kotorannya bisa diolah menjadi energi alternatif yang dapat berfungsi sebagai bio gas dan sumber penerangan pengganti tenaga listrik untuk kebutuhan rumah tangga. Di Samarinda pengolahan sumber energi alternatif ini sekarang tengah dijajaki pengembangannya melalui salah satu petani ternak yang berlokasi di Kelurahan Makroman Kecamatan Samarinda Ilir yang menjadi percontohan. Menurut Ir Suhut Simamora MS salah satu anggota Tim dari Institut Pertanian Bogor, selaku penggagas kegiatan, selain memberi manfaat energi alternatif pengolahan limbah peternakan ini dapat pula menghasilkan pupuk tanaman. “Baik berupa pupuk padat maupun pupuk cair, yang tentunya akan sangat berguna bagi petani itu sendiri tanpa harus mengeluarkan biaya lebih banyak bila dibanding kalau harus membeli produk tersebut di pasaran,” ungkapnya disela kegiatan kunjungan lokasi Jumat (15/2). Belum lagi kondisi pendistribusian pupuk yang saat ini subsisidinya dibatasi, dengan cara ini tentu akan dapat memenuhi kebutuhan para petani setiap saat. Ditambahkan Suhut selain memberi manfaat ganda, sistem pengolahan kotoran ternak ini secara tidak langsung akan memberi dampak pula pada kebersihan lingkungan kawasan peternakan karena tidak sampai menimbulkan limbah. Hal senada disampaikan Kasi Produksi Kantor Peternakan Kota Samarinda Ir Yuliana, menurutnya bila cara ini dapat terus dikembangkan tidak mustahil akan dapat mewujudkan kondisi petani yang mandiri. “Karena untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan kehidupan keluarga masyarakat petani ini tidak perlu lagi harus selalu menunggu perhatian pemerintah, apakah untuk kebutuhan listrik, gas maupun pupuk yang sekarang memang sulit didapat dan kalaupun ada harganya pun dari waktu ke waktu semakin meninggi,” imbuhnya. Apalagi bila dilihat dari perkembangan pertumbuhan kelompok tani binaan yang ada, kondisi ini menurut Yuli tentu bisa berpotensi. “Minimal untuk memenuhi kebutuhan pribadi apalagi bila dapat dimanfaatkan untuk orang lain,” pungkasnya.

Masa kecil dan orang tua


Suhut Simamora adalah anak pertama dari duabelas bersaudara dari pasangan D. Simamora (ompung Sumurung doli) yang merupakan kelapa desa setempat pada waktu itu dan F br Nababan (ompung Sumurung boru) yang merupakan bidan setempat. Beliau dilahirkan di Dolok Sanggul pada tanggal 7 maret 1943. Dimasa kecil beliau sering dan senang mengembalakan kerbau dan kuda.

Menghabiskan masa kecil dan menamatkan SD dan SMP di Dolok Sanggul beliau hujrah ke Medan untuk melanjutjan sekolah di SMA Negeri 2 Medan.

Awalnya memiliki cita-cita menjadi tentara, namun setelah mencoba Akademi MIliter dan gagal, bapak mencoba di Fakultas Peternakan IPB Bogor pada tahun 1963 dan pada tahun 1972 akhirnya berhasil meraih gelar Sarjana Peternakan (Ir.)

Demokrasi dalam membangun keluarga

Dalam perjalanan pada masa kuliah di Bogor akhirnya berkenalan dengan adik kelas yang bernama Remi Celly Helena br Sirait yang akhirnya dipersunting menjadi pasangan hidup pada tanggal 14 Oktober 1972 di Dolok Sanggul.
Pada saat itu beluai beserta istri mengontrak rumah sederhana di daerah Bundaran Bantar Jati. Di tempat itulah lahir anak pertama dari keluarga Ir. Suhut Simamora MS. yang bernama Henry Sumurung Octavian dilahirkan pada tanggal 13 Oktober 1973, yang sekaligus merupakan hadiah pernikahan pertama.
Selanjutnya beliau beserta keluarga pindah ke daerah Sempur Kaler dan disitu lahirlah anak kedua seorang putri yang bernama Ingrid Vera Mour pada tanggal 19 Agustus 1975.
Beruntung pada tahun 1078 mendapakan rumah dinas di kompleks Lembaga Penelitian Peternakan (sekarang BPT) dan langsung ditempati, selanjutnya pada tahun 1996 akhirnya dalat dicicil.
Di rumah Pajajaran itulah lahir si bungsu seorang anak laki-laki yang bernama Lambok Trisando Chattergy Simamora yang lahir pada tanggal 27 Agustus 1980.
Walaupun pada tahun 1998 istri (mama) telah berpulang kerumah BAPA di surga, beliau, dalam kesendiriannya namun beliau tidak menahan untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan ilmunya, ini bisa dilihan semakin intensifnya kesibukan beliau pada pekerjaannya, bahkan intensitas keluar kota semakin sering, selain itu beliau sering bermain dengan pahompunya (cucu) dari keluaga anak-anaknya. Pahompunya pada saat ini ada 4 orang, dua laki-laki dan dua perempuan. Baru dua dari tiga anak beliau yang sudah menikah yaitu :
  1. Henry Sumurung Octavian, SE. MM dengan istri Ir. S. Y. Srie Rahayu, Msi.

anak :

  • Richard Raditiyo Solomon
  • Kayla Audrey Nauli
2. Ingrid Vera Mour, SH. dengan suami Fredo Cornello Purimahua, ST.
anak :
  • Michelle Angeliqe Arta Purimahua
  • Valentino Pierre Rufinus Purimahua

Riwayat karir sebagai pendidik

Perjalanan karir Beliau ketika masih bujang adalah sebagai Manager peternakan di sebuah peternakan babi swasta di Kapuk Tanggerang.
Di awal pernikahan disepakati bersama istri bahwa suami bekerja di perguruaan tinggi negeri (IPB) dan istri bekerja di lembaga penelitian (LPP), lalu pada tahun 1974 beliau diangkat menjadi PNS. Setelah anak ketiga lahir, beliau berserta istri melanjutkan pendidikan S2 ke Fakultas Pasca Sarjana IPB bidang ilmu ternak. Beliau lulus tahun 1988 sebagai wisudawan S2 terbaik. Sedangkan istri langsung melanjutkan studi S3, dimana Beliau ikut serta mambantu terutama saat survei lapangan untuk meneliti kuliner daerah (susu olahan tradisional) di Sumatra Barat, sumatra Selatan dan Sumatra Utara yaitu dadih, dangke dan dali.
Selain pekerjaan rutin mengajar dan membimbing skripsi, beliau terlibat beberapa proyek seperti mengikuti tranning usaha ternak babi dan rumah pemotongan ternak pada tahun 1990 di New Sout Wales Autralia.
Ada beberapa daerah yang dapat dicatat dalam rangka tugas pekerjaan diantaranya:
  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Sumatera Selatan
  • Jambi
  • Bengkulu
  • Pulau Bulan
  • Pulau Buru
  • Bali
  • NTT
  • Sulawesi Selatan
  • Gorontalo
  • dan sebagian besar Jawa dan Kalimantan

Pada tahun 2003 mendapatkan Piagam Tanda Kehormatan Pengabdian Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia ibu Megawati Soekarno Putri.

Dunia Limbah adalah Ilmunya

Beliau membimbing banyak mahasiswa yang meneliti ternak babi dan pengelolaan limbah peternakan. Setelah mendapatkan tranning AMDAL, bidang pengolahan limbah peternakan berkembang hingga pengelolaan sampah pasar secara biologis, pupuk organik padat dan cair serta biogas sebagai energi alternatif (bahan bakar dan listrik). Sejak Fakultas Paternakan IPB pindah ke kampus Darmaga, berkembang bidang ternologi hasil ternak. Dengan demikian banyak kegiatan menyangkut pengolahan dan pemanfaatan hasil ikutan ternak (mata ajaran animal by product) diantaranya tulang, kulit, bulu, darah dengan hasil berupa tepung tulang, kerajianan, dan gelatin.
Salah satu mahasiswa bimbingan Beliau medapatkan pengharggaan tingkat nasional kompetisi KAM dan sebagai finalis dalam kompetensi Bogasari Nugraha pemanfaatan potensi lokal jenis kabohidrat dengan tepung tulang rawan dalam rangka mengurangi impor terigu dan peningkatan gizi masyarakat.

Karya Tulis


Antara lain Karya Tulisnya :



  1. Diktat Kuliah Produksi Ternak Babi.

  2. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. 2006. Penerbit Agro media Pustaka.

  3. Meningkatkan Mutu Pupuk Organik. 2007. Penerbit Agro Media Pustaka.